Siap-siap September Effect, Analis Rekomendasi Cicil Beli Saham
Saham
Gambar : Suasana Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/7/2018).(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Kompas.com - 06/09/2021, 06:07 WIB
Editor Erlangga Djumena
JAKARTA, KOMPAS.com - Bulan September kerap kali dianggap sebagai bulan buruk bagi bursa saham. Pasalnya, setiap bulan ini biasanya terjadi tren penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sehingga disebut sebagai September Effect maupun September Kelabu. Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengamini hal tersebut. Menurut dia, jika melihat siklus setiap tahunnya, memang terdapat koreksi yang cukup besar di IHSG pada bulan September. Dia menyebutkan, September Effect juga akan terjadi pada tahun ini seiring dengan kurangnya sentimen positif di bursa saham. "Kemungkinan akan terjadi di minggu kedua sampai ketiga bulan September dengan bottom IHSG di area 5.920," kata Chris seperti dilansir dari Kontan.co.id, Minggu (5/9/2021).
Baca juga: 5 Cara Mudah Beli Saham Melalui e-IPO
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana sejak awal tahun juga sudah memperkirakan bahwa akan terjadi koreksi IHSG pada bulan September-Oktober. Menurut prediksinya, bottom IHSG akan berada pada kisaran 5.500-5.850. Sementara itu, Analis Panin Sekuritas William Hartanto melihat, September Effect kemungkinan akan terjadi, tetapi dengan penurunan yang terbatas. Pasalnya, bursa saham memiliki sentimen positif seiring ditundanya kebijakan tapering off oleh bank sentral Amerika Serikat.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email
"Untuk sekarang, IHSG sedang bergerak konsolidasi di area 6.000 - 6.172," kata William. Meskipun begitu, ketiga analis ini sepakat, momentum penurunan IHSG di bulan September dapat menjadi kesempatan bagi investor untuk mengoleksi sejumlah saham. William sendiri menyarankan investor untuk melakukan buy on weakness setiap ada pelemahan di bursa saham. Menurut dia, saham-saham pertambangan batu bara seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indika Energy Tbk (INDY), dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), serta saham properti seperti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dapat menjadi pilihan untuk dikoleksi. Alasannya, saham-saham batubara masih sideways, sementara saham properti secara teknikal sudah berada di area jenuh jual. "Investor bisa beli saham-saham tersebut pada harga saat ini. Target harga untuk ADRO berada di level Rp 1.600 per saham, INDY Rp 1.710, DOID Rp 340, SMRA Rp 950, dan BSDE Rp 1.015 per saham," tutur William. Meskipun begitu, William menyarankan pelaku pasar untuk tidak membelinya secara agresif, melainkan cicil beli terlebih dahulu. Pasalnya, jika melihat siklus tahunan, ada momentum pelemahan pasar lainnya yang biasanya terjadi di bulan November. Herditya juga menyarankan investor untuk melakukan akumulasi saham dengan cara cicil beli, terlebih jika IHSG berada di bawah level 5.900-6.000. Menurut dia, saham-saham sektor telekomunikasi dan konstruksi dapat menjadi pilihan. "Secara teknikal, saham-saham telekomunikasi masih menarik dan diperkirakan masih ada peluang uptrend. Sementara saham-saham konstruksi nampaknya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda uptrend dalam jangka pendek," tutur Herditya Senada, Chris juga berpendapat, penurunan IHSG ke bawah level 6.000 menjadi kesempatan menarik untuk mulai mengoleksi sejumlah saham. Dia menyarankan investor untuk membeli saham-saham yang tidak terlalu berkorelasi signifikan terhadap pergerakan IHSG. Dengan begitu, saham-saham tersebut tidak akan terlalu terkena dampak penurunan IHSG. "Sementara ini, saya cenderung memilih saham-saham second liner dan third liner," ucap Chris.
Baca juga: BRI Right Issue Rp 95,92 Triliun, Bagaimana Prospek Saham BBRI?
Menurut dia, saham-saham perusahaan teknologi, logistik dan transportasi, serta saham sektor kesehatan masih bisa menjadi pilihan menarik. Alasannya, saham-saham ini masih berada pada area positif dengan sentimen-sentimen yang mendukung. Chris menyarankan untuk mencermati empat saham, yaitu PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO), PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).
Baca juga: Sebelum Investasi, Kenali 4 Perbedaan Reksadana dan Saham Berikut
Support dan resistance yang dapat diperhatikan untuk ASSA berada di level 2.550-2.800, AGRO 2.120-2.420, BANK 3.000-3.400, dan ERAA 555-640. Sama dengan analis lainnya, ia menyarankan investor untuk mengoleksi saham-saham tersebut secara perlahan. Hal ini mengingat, pasar saham masih cenderung sulit untuk berlanjut naik dan ada kemungkinan IHSG akan terkoreksi kembali. (Nur Qolbi)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul September Effect diprediksi akan terjadi, simak rekomendasi saham untuk cicil beli
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email