Pakar Genetika UGM Beberkan Level Ancaman Berbagai Varian Baru Covid-19
Varian Baru Covid-19

By Ninik Kristiani 11 Jun 2021, 05:29:34 WIB Kesehatan
Pakar Genetika UGM Beberkan Level Ancaman Berbagai Varian Baru Covid-19

Gambar : ilustrasi - Dokter memegang botol ampul kaca mengandung sel molekul virus corona Covid-19 asal Inggris yang telah mengalami mutasi RNA menjadi varian baru. (ANTARA/Shutterstock/pri.)


Reporter: Tempo.co

Editor: Iqbal Muhtarom

TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 telah mewabah selama lebih dari satu tahun di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Baru-baru ini, dikonfirmasi temuan varian baru virus Corona. Melihat hal ini, dr. Gunadi dari Pokja Genetik FKKMK Universitas Gadjah Mada (UGM) dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta turut angkat bicara. Ia jelaskan dampak dari virus varian baru tersebut terhadap transmisi, keparahan, serta sistem kekebalan tubuh dalam masyarakat.

Gunadi menyebutkan, virus ini awalnya dinamai dengan 2019-nCoV. Beberapa waktu kemudian, namanya diganti menjadi SARS-CoV-2 oleh World Health Organization (WHO). Pergantian nama ini bertujuan untuk menghindari stigma pada negara, kota, atau kelompok tertentu. Lalu, juga ditemukan varian-varian baru di berbagai negara. Hal ini ia sampaikan dalam sebuah webinar bertajuk Pemanfaatan Next Generation Sequencing yang ditaja oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi pada Kamis, 3 Juni 2021 lalu.

Kata Gunadi, varian-varian baru ini menjadi masalah, karena letaknya berada pada Receptor Bonding Domain atau RBD. RBD adalah bagian langsung dari Protein S yang berikatan langsung dengan Ace2 Receptor pada tubuh manusia. Hal ini bisa berujung pada meningkatnya kecepatan transmisi, keparahannya, hingga bagaimana kemampuannya mengelabui imunitas inangnya.

Varian-varian ini ada pula tingkatannya, dibagi oleh WHO. WHO memberi label khusus setiap muncul varian baru. Mutasi baru akan diberi label Varian of Interest jika menyebabkan transmisi lokal atau menyebabkan multiple klaster atau pula terdeksi pada beberapa negara. Lalu, apabila WHO sendiri yang menentukannya sebagai Variant of Interest dengan berkonsultasi terhadap pokja.

Lanjut Gunadi, dikutip dari laman resmi UGM bahwa Variant of Interest ini bisa naik level menjadi Variant of Concern. Namun, ada beberapa syarat. Pertama, apabila varian itu jelas meningkatkan transmisinya, secara epidemiologi lebih cepat. Kedua, varian itu mengakibatkan peningkatan virulensi yang menyebabkan semakin parah inangnya. Bahkan lebih jauh, bisa sampai meninggal. Ketiga, apabila varian itu menurunkan efektivitas protokol kesehatan, alat diagnostik, vaksin, serta terapi.

“Syarat lain untuk suatu varian mendapat label tentunya tergantung apakah varian tersebut masih bertahan lama. Tidak bisa hanya yang bertahan satu bulan saja. Jadi, jika suatu varian yang sudah menjadi Variant of Concern, bisa saja diturunkan jika dampaknya sudah tidak memenuhi persyaratan tadi lagi,” urai Gunadi.

Ia mengungkapkan bahwa ada 4 varian SARS-CoV-2 yang tergolong katergori Variant of Concern. Yaitu B.1.1.7 yang ditemukan di UK, B.1.351 yang ditemukan di Afrika Selatan, P.1. yang ditemukan di Brazil, dan B.1.617.1 yang ditemukan di India. Keempatnya sama-sama meningkatkan transmisi, akan tetapi dampaknya terhadap imunitas berbeda-beda.

“Per 31 Mei kemarin, keempat varian tersebut karena penyebutannya terlalu rumit, WHO memutuskan menetapkan nama yang lebih mudah berdasarkan alfabet Yunani. Nama tersebut yakni Alpha (B.1.1.7), Beta (B.1.351), Gamma (P.1), dan Delta (B.1.671.2),” ungkap Gunadi melanjutkan.

Di akhir materinya, Gunadi menjelaskan bahwa ternyata dampak virus COVID-19 secara umum tak hanya dipengaruhi oleh virus itu sendiri. Namun, host genetic susceptibility dan host comorbidity juga berpengaruh.

Covid-19 merupakan multifactorial disorder. Jadi, tidak serta merta manifestasinya ditentukan varian dari virus itu sendiri. Namun, terdapat pula peran genetik karakteristik dan komorbiditas dari pasien itu sendiri. Dengan demikian, dampak yang diterima masing-masing individu juga akan berbeda,” tutup Gunadi.

ANNISA FEBIOLA

Baca juga: Donor Plasma Konvalesen, Diutamakan Laki-laki dan Menunjukkan Gejala Covid-19

 




Video Terkait:


Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment


Principal

Pengawas Sekolah
DR. NINIK KRISTIANI, M.PD

Jejak Pendapat

Menu apakah yang paling Anda sukai dari website ini?
Koleksi video
Ruang pengumuman
Menu pada link terkait
Menu unduhan
Ruang konsultasi
Ruang berita