Kisah Kebokicak di Jombang, Manusia Sakti Zaman Majapahit yang Masuk Islam
Manusia Sakti Zaman Majapahit
Gambar : M Subbatul Alimi (54), Keturunan Kesembilan Kebokicak/Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom
Enggran Eko Budianto - detikNews
Minggu, 29 Agu 2021 08:04 WIB
Jombang--Di balik ketenarannya sebagai Kota Santri, Jombang menyimpan kisah terkait Majapahit. Salah satunya tentang sosok Kebokicak, manusia sakti yang akhirnya memeluk Islam.
Nama Kebokicak seakan tak bisa lepas dari Desa Dapurkejambon di Kecamatan Jombang. Karena kampung ini diyakini menjadi tanah kelahiran tokoh bernama asli Joko Tulus tersebut.
Jejaknya pun masih ada di desa ini. Yaitu berupa makam kuno yang terletak di tengah-tengah makam warga Desa Dapurkejambon. Makan tersebut ditandai dengan gapura besar berbahan batu kali.
Di balik gapura tersebut terdapat 4 makam kuno. Dua makam Ki Ageng Pranggang dan Ibu Kebokicak, Wandan Manguri. Sedangkan dua makam lainnya milik pengikut Ki Ageng Pranggang.
Baca juga:Kisah Terpendam Situs Kubur Jago, Ayam Dierami Ular Menangkan Sayembara Majapahit |
"Yang mendirikan Desa Karangkejambon, sekarang menjadi Dapurkejambon adalah Mbah Pranggang," kata M Subbatul Alimi (54), Keturunan Kesembilan Kebokicak kepada wartawan di makam Ki Ageng Pranggang, Minggu (29/8/2021).
Pria yang juga menjabat Kepala Desa Dapurkejambon ini menjelaskan, pada masa Majapahit, Ki Ageng Pranggang dipercaya merawat selir Raja Brawijaya V atau Prabu Natha Girindrawardhana Dyah Ranawijaya bernama Wandan Kuning. Brawijaya V berkuasa pada 1474-1498 masehi. Karena saat itu Wandan Kuning dalam kondisi hamil.
"Mbah Pranggang diserahi merawat selir Brawijaya V yang ke-99 sampai melahirkan. Wandan Kuning melahirkan seorang putri bernama Wandan Wanuri yang menjadi istrinya Kebokicak. Wandan Kuning diperistri Mbah Pranggang," terang Alimi.
Kebokicak sendiri, lanjut Alimi, berasal dari wilayah Tampingmojo, Tembelang, Jombang. Pemilik nama Joko Tulus itu terkenal sakti pada Zaman Majapahit akhir. Konon untuk membunuhnya, kepalanya harus dipenggal, lalu dipisahkan dari tubuhnya di selatan ke wilayah utara Sungai Brantas.
"Kebokicak seorang pendekar sakti ingin menguasai wilayah seperti Mojongapit, Mojosongo, Blimbing, sampai Banyuarang, Ngoro. Di situ ia bertemu seorang wali bernama Mbah Muktar asal Jenu, Tuban, keturunan Jaka Tingkir, putra dari Sunan Jenu. Terjadi peperangan, Kebokicak kalah," tambahnya.
Baca juga:Kisah di Balik Situs Watu Gajah Tuban Peninggalan Kerajaan Majapahit |
Kebokicak lantas kembali ke padepokannya di Karangkejambon dalam kondisi sekarat. Satu-satunya orang yang bisa mengobatinya hanya Mbah Muktar. Namun dengan syarat, Kebokicak harus dibawa ke padepokan Mbah Muktar dengan diseret kuda.
"Sampai padepokan Mbah Muktar, Kebokicak mendadak sembuh. Ia lantas berguru ke Mbah Muktar dan masuk Islam, sebelumnya dia Hindu. Setelah lulus, ia ikut menyebarkan Islam," pungkas Alimi.