Kabar Duka, Pegiat Medsos Birgaldo Sinaga Meninggal Positif Corona, \\
Birgaldo Sinaga Meninggal Positif Corona
Gambar : RIP Birgaldo Sinaga bersama sahabat-sahabatnya Niluh Djelantik, Denny Siregar dan Abu Janda
Sabtu, 15 Mei 2021 08:55
RIP Birgaldo Sinaga, Birgaldo Sinaga meninggal dunia setelah berjuang melawan Covid-19
TRIBUN-TIMUR.COM - "I love you so much mami dan anakku Kathrine.
Maafkan kalo papi selalu buat salah ya. Meniggalkan kalian selalu."
Di atas postingan terakhir pegiat media sosial Birgaldo Sinaga di akun media sosialnya.
Unggahan terakhir ini ramai komentar duka cita menyusul kabar Birgaldo Sinaga berpulang Sabtu (15/5/2021) pagi ini.
Baca juga: Sinopsis Ikatan Cinta Sabtu 15 Mei 2021: Ketakutan Lihat Ricky, Elsa Jujur Siapa Reyna, Al & Andin?
Baca juga: Kabar Terbaru Gisel Usai Skandal Video Panas 19 Detik Viral, Mantan Gading Marten Ditinggal Wijin?
Baca juga: Jika PBB & Dunia Biarkan, Israel Bisa Kuasai Wilayah Palestina Ini Buktinya 10.000 Warga Gaza Pergi
Dan penyebab Birgaldo Sinaga meninggal setelah positif Covid-19.
Sehari sebelumnya, almarhum menyampaikan langsung kondisi fisiknya yang menurun karena Covid-19.
Mulai dari demam hingga sesak nafas hingga batuk.
Sahabat karibnya yang juga pegiat media sosial, Denny Siregar, juga mengkonfirmasi kabar duka ini beberapa menit yang lalu.
"Bro Birgaldo Sinaga maafkan temanmu ini. Selamat jalan, kawan."
Demikian unggahan Denny Siregar yang langsung banjir ucapan duka cita.
Sahabatnya Lindayani mengkonfirmasikan Birgaldo Sinaga meninggal dunia di RS Awal Bros Batam pukul 06.00 WIB.
"Selamat jalan sahabatku Birgaldo Sinaga
Beristirahatlah dalam damai
Kepergianmu benar2 seperti geledek di siang bolong.
Rasanya tidak bisa diterima tapi itulah kenyataan
Amal baikmu selama ini semoga mendapat tempat terindah di sisi Nya
Note :
Birgaldo Sinaga berpulang pk. 06.00 wib di RS Awal Bros Batam meninggalkan seorang istri, seorang anak dan jutaan sahabat yang mencintainya."
Sosok Birgaldo Sinaga meninggallkan seorang istri dan seorang putri yang beranjak remaja.
Selama ini, Birgaldo Sinaga dikenal pegiat media sosial yang aktif mengkampanyekan toleransi di Tanah Air bersama sahabat-sahabatnya di antaranya Denny Siregar, Abu Janda, Eko Kunthadi hingga Niluh Djelantik.
Eko Kuntadhi, Denny Siregar, Niluh Djelantik, Permadi Arya atau Abu Janda, dan Birgaldo Sinaga. (facebook/ Denny Siregar)
Penulis Buku Mengapa Aku Membela Ahok
Sosok Birgaldo Sinaga adalah relawan yang aktif membela Ahok.
Ia bahkan turun ke jalan mengorganisir relawan demonstrasi agar Ahok diperlakukan sama di hadapan hukum.
Dokumentasi Birgaldo Sinaga membela Ahok dirangkum menjadi sebuah buku berjudul "Mengapa Aku Membela Ahok".
Sosok Birgaldo Sinaga meninggal dunia, penulis buku Mengapa Aku Membela Ahok (net)
Berikut tulisan Denny Siregar tentang sahabatnya itu:
BIRGALDO SINAGA
Namanya Birgaldo Sinaga....
Aku kenal dengannya di fesbuk. Meski sudah lama berteman, kami baru bertatap muka beberapa hari ini.
Ia mengaku suka dengan stensilan Enny Arrow. Tapi itu dulu, waktu remaja. Sekarang mungkin sudah dalam bentuk video. "Kurang menarik.." Katanya. "Stensil itu imajinatif. Kalau video langsung gitu, pam pam pam.. terlalu relijius. Ada oh god, oh yes, oh no.."
Ah, saya tidak ingin membicarakan itu. Saya hanya ingin memberikan apresiasi yang tinggi untuknya.
Sejak menulis tentang Ahok, bro Bir - saya menyebutnya begitu meski ia peminum kopi bukan beer - sudah sering juga menuangkan tulisannya tentang Ahok. Dalam hal ini pandangan kami sama, bahwa membela Ahok bukan membela sosok, tetapi membela hak seseorang yang ingin dicerabut karena ia berbeda dari calon lainnya. Ahok seorang Kristen - agama yang sama dengan bro bir dan ia dari ras China.
Lalu kenapa Ahok tidak boleh punya hak untuk ikut membantu negara ini ? Dalam Undang2 ia adalah warga negara yang mempunyai hak yang sama. Bukan salahnya ia terlahir seperti itu, sama dengan bukan salahku terlahir sebagai orang Batak yang ke Madura2an.
Politik-lah yang ingin membunuh karakter Ahok, karena ia terlalu ketat dalam anggaran. Hal yang tidak pernah terjadi dalam carut marutnya administrasi DKI selama puluhan tahun yang dipelihara.
Bro Bir pernah ditanya "dapat apa kamu membela Ahok ?", pertanyaan yang sama yang selalu kudapatkan ketika menulis tentang Ahok. "Dapat apa.." itu biasanya pertanyaan mereka yang selalu mengukur segala sesuatu dengan uang, sedangkan kami melihatnya sebagai sebuah perjuangan.
Bro Bir ini orang pemberani. Ia bukan saja suka menulis di fesbuk sebagai pelampiasan gelisahnya. Ia tidak tanggung2 berjuang dengan turun ke jalan, meski harus berpanas2an.
Halaman fesbuknya banyak bercerita tentang perjalanannya. Ketika ia sedang pasang badan di depan pengadilan Ahok, berhadapan langsung dengan para gamis putih yang sulit ditemui sifat keramahannya. Ketika ia membagi2kan baju kotak dan bertemu dengan calon pemilih di gang2 Jakarta, dengan resiko diusir oleh para pembenci Ahok.
Saya belum tentu seberani dia dalam berjuang yang langsung turun ke jalan berhadapan dengan dunia nyata. Dan bro Bir sudah memulainya. Jadi jangan pernah cerita tentang perjuanganmu mendukung Ahok di depan dia, karena pasti malu sebab kita hanya bisa berkoar di media sedangkan dia adalah petarung di garis depan.
"Darimana kamu dapat dana untuk mobilisasi ?" Tanyaku nakal. Ia lama tidak menjawab. Kulihat gundah dimatanya. Dan baru kutahu ia banyak mengeluarkan semua dari kantungnya sendiri, baik untuk dirinya maupun pasukan dibelakangnya yang - kadang - harus ia belikan makan supaya tetap tegar di jalanan.
Ah, haru benar diriku dan merasa kecil dihadapannya. Aku merasakan terbatasnya tabunganku dan harus keluar untuk segala macam hal yang tidak jelas apa yang diperjuangkan. Aku seperti mendengar istrinya berteriak marah, "Kamu dapat apa membela mati2an Ahok di jalan ? Belum tentu ia menang pun kamu diperhatikan.." dan suara tangis anaknya yang jarang bertemu dengan ayahnya karena di medan perang seharian.
Aku yakin bro Bir berada pada titik terlemahnya sekarang. Ia harus memilih terus berjuang atau kembali pada kehidupan nyata menjadi seseorang yang hidup normal dengan situasi yang belum tentu membuatnya senang. Ia adalah manusia merdeka, yang tahu dimana fungsinya.
Sayangnya, militansinya tidak mendapat tempat yang sesuai. Ia bahkan kurang diperhatikan hanya karena mereka menyebutnya "relawan".
"Namanya juga relawan. Kalau rela ya jangan minta bayaran !!" Begitu hukuman sosial yang diterimanya dari banyak orang yang memakinya sambil duduk di mobil dingin ber-AC, gadgetan dan sedang siap2 goyang badan di rumah Lembang.
Ah, bro... Ampunilah mereka yang tidak mengerti apa yang sedang kau hadapi sekarang. Tidak banyak orang yang mengerti nilai. Mereka tahunya hanya bagaimana jagoannya menang, tanpa pernah mencoba paham bahwa kemenangan itu butuh proses yang kadang menyakitkan. Tanpa ada orang2 sepertimu, niscaya harapan mereka punah di pinggir jalan.
Semangat, bro.. Senang minum kopi bersamamu. Dan jangan mengeluh di ruang publik, karena kata Imam Ali as, "Jangan pernah ceritakan dirimu kepada siapapun. Mereka yang menyukaimu tidak membutuhkan itu dan mereka yang membencimu tidak percaya itu.."
Sini kuangkat secangkir kopi dan maaf tidak kupajang wajahmu disini, untuk mengurangi sifat narsismu.. haha..
Seruputt.
(tribun-timur.com)
Baca juga: Sinopsis Ikatan Cinta Sabtu 15 Mei 2021: Ketakutan Lihat Ricky, Elsa Jujur Siapa Reyna, Al & Andin?
Baca juga: Kabar Terbaru Gisel Usai Skandal Video Panas 19 Detik Viral, Mantan Gading Marten Ditinggal Wijin?
Baca juga: Jika PBB & Dunia Biarkan, Israel Bisa Kuasai Wilayah Palestina Ini Buktinya 10.000 Warga Gaza Pergi