Balita di Tegal Makan Tanah dan Pecahan Tembok, Diduga karena Orangtua Jarang Belikan Jajan
Makan Tanah
Gambar : VF (3) balita yang memiliki kegemaran makan tanah di kediamannya di Kelurahan Debong Lor, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (11/9/2021).(Kompas.com/Tresno Setiadi)
Penulis Kontributor Tegal, Tresno Setiadi | Editor Khairina
TEGAL, KOMPAS.com - Balita berusia tiga tahun berinisial VF di Kota Tegal, Jawa Tengah memiliki kebiasaan tak layak ditiru yakni gemar memakan tanah. Diduga, kebiasaan itu muncul setelah orangtua hampir tidak pernah membelikan jajan karena tak mampu secara ekonomi. "Sejak bisa jalan atau usia dua tahun dia gemar makan tanah sama pecahan-pecahan tembok," kata Umrotun Khasanah (40), ibu dari VF ditemui wartawan di kediamannya di Kelurahan Debong Lor, Kecamatan Tegal Barat, Sabtu (11/9/2021).
Umrotun bercerita, awal pertama kali melihat anaknya memakan tanah dari reruntuhan tembok di dalam rumahnya setahun lalu. "Saat itu main sendiri di dalam rumah dan saya tinggal memasak. Saat saya lihat dia sedang makan tanah dari pecahan tembok," kata Umrotun. Umrotun sendiri mengaku sudah menegur agar anaknya tak melakukan hal tersebut. Namun saat tidak dalam pengawasan, kegiatan itu kembali dilakukan hingga akhirnya menjadi kebiasaan sampai sekarang.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email
"Katanya enak. Kalau main di luar, juga tanah yang dimakan. Dan kalau dilarang dia nangis. Akhirnya keterusan sampai sekarang," kata Umrotun. Umrotun sendiri mengaku belum pernah membawa anaknya ke dokter. Baik untuk sekadar berkonsultasi, maupun mengobati sakit perut yang kerap dialami anaknya usai memakan tanah. "Kalau anak saya ngeluh sakit perut paling saya beri obat puyer," kata Umrotun.
Baca juga: Warga Tulungagung Berdesakan Berebut Formulir Penerima Vaksinasi Masal
Meski demikian, Umrotun tak mengetahui penyebab pasti mengapa anaknya gemar memakan tanah.
Namun, Umrotun mengakui jika jarang membelikan anak ketiganya itu jajan karena tak memiliki cukup uang. "Ya mungkin karena tidak pernah jajan. Makan saja sehari kami mampunya hanya dua kali," kata Umrotun. Diungkapkan Umrotun, suaminya Carmo hanya bekerja sebagai teknisi yang memperbaiki barang-barang elektronik di rumah. Sementara ia hanya ibu rumah tangga. "Penghasilan memang tidak menentu. Kalau ada orang yang datang mau servis baru dapat uang. Paling Rp 10.000 sampai Rp 25.000," katanya. Umrotun sendiri mengaku belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Kendati ia menyadari pasalnya belum memiliki Kartu Keluarga (KK) karena ia dan suaminya hanya nikah siri. "Memang belum pernah dapat bantuan sama sekali, mungkin karena tidak punya KK. Anak-anak juga belum punya akta kelahiran," jelasnya.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email