AS akan Umumkan Hasil Kajian Intelijen tentang Asal Mula COVID-19
Asal Mula COVID-19
Gambar : Presiden AS Joe Biden
Amerika Serikat akan mengumumkan hasil penelitian mendalam oleh badan-badan intelijennya tentang asal-usul pandemi virus corona yang telah menewaskan jutaan orang di seluruh dunia.
Sebelum menaiki pesawat kepresidenan Air Force One untuk mengunjungi Cleveland, Ohio pada hari Kamis (27/5), Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada para wartawan bahwa dia akan mengumumkan temuan tinjauan 90 hari itu kepada publik, “kecuali ada sesuatu yang tidak saya sadari.”
Biden memerintahkan dilakukannya peninjauan baru pada Rabu (26/5) di tengah-tengah meningkatnya spekulasi bahwa COVID-19 mungkin telah bocor dari laboratorium China, dan Gedung Putih berjanji untuk menyediakan sumber daya tambahan, termasuk dari laboratorium-laboratorium nasional di Amerika.
Menkes AS Serukan WHO Lakukan Penyelidikan Kedua soal Asal Muasal COVID-19
Badan-badan terkemuka intelijen AS mengatakan tahun lalu bahwa informasi mereka mendukung “konsensus ilmiah yang luas bahwa virus COVID-19 bukanlah buatan manusia atau hasil rekayasa genetika” tetapi mereka akan “terus memeriksa dengan cermat informasi dan intelijen yang muncul” untuk menentukan apakah wabah tersebut dimulai setelah virus ditularkan ke manusia dari hewan atau sebagai akibat dari kecelakaan laboratorium.
Dalam pernyataan baru hari Kamis, Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) mengatakan badan-badan intelijen AS masih berusaha menjawab pertanyaan seputar asal-usul virus corona.
Pernyataan tersebut menegaskan pernyataan Presiden Biden bahwa dua dari tiga badan intelijen utama itu lebih condong ke salah satu skenario, tetapi ketiganya hanya memiliki “selang kepercayaan yang rendah atau sedang” dalam penilaian mereka.
Para pejabat AS telah menekankan selama berbulan-bulan bahwa kurangnya kerja sama dari pemerintah China menghalangi upaya dari luar untuk mempelajari lebih lanjut tentang asal-usul virus corona yang telah menewaskan sedikitnya 3,4 juta orang di seluruh dunia, termasuk hampir 600.000 di Amerika Serikat. [lt/jm]