25 Pendemo Anti-Junta Myanmar Tewas saat Bentrok dengan Militer
Anti-Junta Myanmar
Gambar : Ilustrasi bentrokan di Myanmar (Foto: Screenshoot AFP)
Tim detikcom - detikNews, Senin, 05 Juli 2021, 07.43 WIB
Yangon--Sebanyak 25 pendemo anti-junta tewas dalam bentrokan dengan militer di Myanmar tengah. Hal itu terjadi saat penduduk setempat mulai angkat senjata melawan rezim junta militer.
Dilansir dari AFP, Senin (5/7/2021), peristiwa itu terjadi pada Minggu (4/7) ketika penduduk desa setempat semakin mengangkat senjata melawan rezim di negara yang dilanda kudeta.
Myanmar sendiri berada dalam kekacauan sejak kudeta pada Februari silam yang menggulingkan pemerintah Aung San Suu Kyi. Kelompok pemantau lokal menyebut ada 890 orang tewas dalam tindakan keras junta terhadap gerakan massa antikudeta.
Baca juga:Hadiah Ultah Tak Terduga dari Pendemo Myanmar bagi Pimpinan Junta |
Di beberapa daerah, warga sipil telah membentuk 'pasukan pertahanan' untuk memerangi Dewan Administrasi Negara, seperti yang disebut oleh junta itu sendiri. Warga sering kali menggunakan senapan berburu atau senjata darurat yang dibuat dari barang-barang rumah tangga.
Wilayah Sagaing tengah telah menjadi tempat beberapa pertempuran kecil antara pasukan pertahanan dan militer. Pada Jumat (2/7), pertempuran pecah di kotapraja Depayin.
Penduduk mengatakan kepada AFP bahwa truk-truk militer memasuki daerah mereka dan menembaki sebuah desa di dekat hutan berharap untuk mengusir anggota pasukan pertahanan setempat.
"Kami mendengar tembakan artileri sebanyak 26 kali," kata seorang penduduk desa, yang menambahkan bahwa para pejuang anti-junta mencoba untuk membalas tetapi tidak dapat menangkis serangan itu.
Baca juga:Amerika Serikat Serahkan Pangkalan Udara Bagram ke Afghanistan |
"Mereka menembak semua orang yang mereka lihat di jalan dan di desa. Mereka tidak hanya memiliki satu sasaran," katanya.
Penduduk desa menunggu hingga Sabtu (3/7) untuk keluar dari rumah mereka. Salah seorang anggota pasukan pertahanan setempat, mereka ikut membantu mengatur pengumpulan mayat.
"Kami pertama-tama mendapatkan sembilan mayat dan menguburkannya," katanya kepada AFP, seraya menambahkan delapan lagi ditemukan oleh tim yang berbeda dan juga dikuburkan pada hari yang sama. Pada hari Minggu (4/7), mereka menemukan delapan mayat lagi.
"Saya melihat dari tubuh mereka bahwa sebagian besar dari mereka ditembak di kepala," katanya berdasarkan pengamatan yang dikonfirmasi oleh seorang pria lain yang membantu memindahkan korban tewas kepada AFP.
Pejuang anti-junta itu mengatakan kehadiran pasukan keamanan di sekitar Depayin meningkat, menggusur ribuan warga yang melarikan diri karena takut akan aksi militer lebih lanjut.
"Tentara telah memburu kami di hutan sejak pagi ini," katanya. BBC News Burma atau layanan bahasa BBC Myanmar juga melaporkan jumlah korban tewas yang serupa.
Baca juga:Cara Ekstrem Demonstran Rayakan Ulang Tahun Pimpinan Junta Myanmar |
Menstabilkan Area
Media yang dikelola pemerintah memberikan laporan berbeda tentang pertempuran itu. Militer diserbu sedang berpatroli di daerah itu ketika mereka disergap.
Tentara menangkis 'teroris bersenjata' dan kemudian menemukan 'empat mortir dan enam senjata kunci perkusi'. Hal itu dimuat dalam surat kabar Global New Light of Myanmar yang tidak menyebutkan jumlah korban tewas di desa tersebut.
Dalam serangan lain di bagian lain Sagaing, satu anggota pasukan keamanan tewas dan pihak berwenang bekerja untuk menstabilkan daerah itu.
Terlepas dari ancaman tindakan keras, pengunjuk rasa di Myanmar masih turun ke jalan setiap hari untuk menentang rezim militer. Pada hari Minggu, penduduk di seluruh Sagaing mengadakan demonstrasi singkat, memberikan penghormatan tiga jari sebagai bentuk perlawanan selama pawai cepat melalui jalan-jalan.
(haf/lir)